Selasa, 21 November 2017

ORANG YANG MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Bismillaahirrahmaanirrahiim .



Wahai saudaraku tidak bosan2nya kami menghimbau kepada anda semua khususnya  untuk kami sendiri agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt .

Ingat takwa itu merupakan benteng  untuk mejauhi perbuatan yang dilarang dan dimurkai oleh Allah swt.

Selain dari itu kitapun hendaknya banyak mengucap rasa syukur kepada Allah atas segala nikmatNya terutama nikmat taufik , hidayah, maunah serta inayahNya , khususnya adalah nikmat Iman dan Islam

Wahai saudaraku marilah kita senantiasa bersolawat atas junjungan kita nabiyullah Muhammad saw sebagai penghormatan kita kepada beliau .Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Allah swt dan juga para malaikatNya .

Wahai saudaraku selama ini Rasulullah saw telah menanamkan cara hidup bersama, berkasih saying bersama,  susah dan senang bersama , saling tolong menolong  yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah dll sehingga terciptalah suasana hidup kekeluargaan yang harmonis.

Namun Rasulullah juga ada rasa takut dan khawatir semua itu bisa dilakukan dengan baik , lalu bagaimana bila aku sudah tiada ? Apakah hal – hal tersebut bisa dilestarikan ?

Maka keluarlah sabda Rasulullah sebagai berikut

“ Innahaa satakuunu ba’dii astaratun wa umuurun tun kiruu nahaa qaaluu :Ya Rasuulullah , kaifa ta’muru man ad raka minnaa dzaalik ?  Qaala :  tuad duunal haqqal ladzii ‘alaikum wa tas ‘aluunallaahal ladzii lakum “

Yang artinya , “ Sesungguhnya akan terjadi sesudahkau sifat mementingkan diri sendiri   ( mengenyampingkan orang lain  )  dn berbagai perkara yang kalian mengingkarinya  .  Mereka  (  para sahabat  ) berkata , “  Wahai Rasulullah , lantas apa yang engkau perintahkan kepada kami ? “  Beliau bersabda, “  Kalian tunaikan hak yang wajib atas kalian dan kalian minta kepadaAllah apa yang menjadi hak kalian “  .  HR Bukhari & Muslim

Wahai saudaraku  ternyata apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw itu terbuktilah sekarang sudah banyak terjadi .

Si kaya asyik dengan kekayaannya , tak ada rasa peduli sedikitpun dengan si miskin , terutama terhadap para tetangga sekitarnya dimana dia tinggal.

Sang penguasa pun  kurang perhatiannya terhadap para bawahannya atau rakyatnya . Mereka memutuskan sesuatu itu disamping untuk kepentingan rakyatnya , juga lebih mengutamakan untuk kepentingan dirinya , agar kebijakannya itu dianggap semua untuk rakyatnya .

Karena hidup itu utamanya uang , maka segala sesuatu selalu mengarahnya ke uang . Sampai belajar agama pun ( iqra misalnya ) bila tak punya urang ya gak bisa belajar .

Bahkan di salah satu daerah hanya meminta membacakan Al Qur’an selama tujuh hari untuk saudaranya yang telah meninggal misalnya 3 Qataman Qur’an itu bisa adu harga seperti jual beli barang.

Misal satu Qataman Qur’an deal Rp 2 juta , maka 3 Qataman harus membayarnya Rp 6 juta .Dan utuk membaca Qur’an nyapun dibuat sekuat mungkin gubuk dari pipa besin dan plat.

Jadi bila akan digunakan maka dipasanglah gubuk itu di atas kuburan yang akan dibacakan Qur’an  .
Sungguh  itu baru di sebagian daerah yang kami tahu , belum di daerah lain .

Sifat – sifat yang demikian itu sungguh tidak diajarkan dalam Islam . Bila memang hal itu Islam sangat mecela sekali, karena telah menodai agama Islam.

Islam selalu menuntun jalan yang terbaik agar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban masing – masing namun juga  kewajiban terhadap Allah serta kewajiban terhadap sesame manusia .

Semoga uraian singkat ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat membuka mata hati kita yang selama ini telah tertutup. Aaaaamiin.

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
Wallaahu a’lam bish shawab

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


1 komentar:

  1. Mencari uang itu harus tapi lakukanlah dengan cara-cara yang diridoi oleh Allah agar apa yang didapat menjadi berkah bagi diri dan keluarganya.

    BalasHapus